DIAN PELANGI DESAINER YANG SUKSES DI USIA MUDA
Dian Pelangi, Sukses Usia Muda Buah Bakti kepada Orang Tua, Silaturrahim dan Selalu Ingin Tampil Beda
Siapa
yang tidak mengenal Dian Pelangi? Desainer pakaian muslimah yang
cantik, muda, kaya prestasi, dan berbakat. Dian terkenal terutama di
kalangan pengguna hijab yang ingin bergaya beda dan bebas berekspresi.
Dian Pelangi, gambar: fashionfightingfamine.com |
Bernama asli Dian Wahyu Utami, wanita kelahiran Palembang tanggal 14
Januari 1991 ini memang lahir dari keluarga pengusaha kain jumputan.
Pada awalnya ayahnya, Djamaludin Sochib, adalah lulusan tekniik sipil
dan bekerja di bidang konstruksi. Ibunya, Hernani, merupakan pegawai
bank.
Keduanya tidak berlatar belakang fashion tapi sedari kecil bersinggungan
dengan lingkungan penghasil kain tradisional. Ayahnya yang berasal dari
Pekalongan sudah terbiasa dengan orang-orang yang membuat batik. Ibunya
yang berasal dari Palembang juga terbiasa dengan kerajinan songket dan
suka menjajakan kain tersebut dari rumah ke rumah. Keduanya akhirnya
memutuskan untuk sepenuhnya terjun di bisnis kain ketika krisis moneter
tahun 1998 membuat bisnis konstruksi sang ayah gulung tikar. Saat itu
mereka meminjam uang Rp 15 juta dari Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) dengan jaminan sertifikat tanah seluas 1.500 meter persegi
dengan jumlah karyawan sebanyak 10 orang.
Sebenarnya bisnis kain keluarga Dian Pelangi dimulai di tahun ketika
Dian dilahirkan yaitu pada tahun 1991. Bisnis ini mengambil nama Dian
karena kelak Dian yang masih bayi akan meneruskan bisnis tersebut.
Sedangkan nama Pelangi terinspirasi dari teknik jumputan khas Palembang
yang berwarna-warni seperti pelangi. Sejak saat itulah bisnis keluarga
ini dinamakan Dian Pelangi.
Bisnis ini dimulai benar-benar dari nol. Ayahnya mengurus bagian batik;
mulai dari motif, teknik membatik, hingga proses di mesin tenun.
Sementara ibunya yang mengurus bagian songket; mulai dari cara membuat
songket, cara membuat kain, hingga membuat desain baju. Benar-benar
produksi sendiri.
Dian kecil sudah diarahkan minat dan bakatnya oleh sang ayah. Melihat
Dian kecil yang suka menggambar, menjahit baju Barbie sendiri,
mengeksplorasi gaya berpakaian serta rambut; membuat ayahnya memasukan
Dian ke SMK setelah lulus dari bangku SMP. Selain mengarahkan minat dan
bakat, sang ayah ingin agar Dian tumbuh menjadi wanita yang tidak
sombong. Di SMK, Dian akan bertemu dengan manusia dengan beragam
karakter, tidak hanya bertemu dengan kalangan menengah atas, tapi juga
menengah ke bawah. Dian diharapkan akan menjadi sosok yang tidak minder,
bisa menghadapi orang lain dari kalangan mana pun. Selepas dari bangku
SMK, Dian masuk ke Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode
(ESMOD) dan lulus pada tahun 2008 dengan memperoleh nilai yang cukup
tinggi. Inilah awal dari keterlibatan Dian dalam mengurus sepenuhnya
bisnis fashion Dian Pelangi.
Di awal kepengurusan terhadap bisnis keluarganya, Dian membuat terobosan
baru. Dian ingin mengubah pola pikir masyarakat terhadap hijab lewat
karyanya. Dian merasa prihatin karena di mata masyarakat hijab dinilai
kuno. Dian ingin para pemakai hijab bebas berekspresi dengan hijabnya
dan merasa bangga dengan jati dirinya sebagai muslimah. “Busana muslimah
itu bisa tampil keren,” ujarnya di suatu kesempatan.
Tahun 2009 Dian bergabung dengan APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha
Mode Indonesia) dan menjadi anggota termuda. Sering dianggap anak bawang
tidak membuatnya patah semangat, Dian malah menunjukan bahwa muda belum
tentu tidak dapat berkarya sebaik yang sudah berpengalaman. Jakarta
Fashion Week 2009 menjadi awal Dian dikenal masyarakat sebagai desainer
muda berbakat. Sejak saat itu Dian banyak dilirik oleh kementrian untuk
melakukan pameran di luar negeri, seperti oleh Kementrian Pariwisata ke
Melbourne dan London di tahun 2009 dan 2010, serta Kementrian
Perindustrian dan Perdagangan ke Abu Dhabi.
Januari 2011 adalah bulan spesial bagi Dian, karena di bulan ini dia
menikah dengan Tito Haris yang pada akhirnya menjadi Business
Development Manager Dian Pelangi. Bagi banyak orang hal tersebut dinilai
sebagai sebuah keputusan besar karena Dian menikah di saat usianya
masih 20 tahun dan masih meniti karir. Tapi bagi Dian hal tersebut bukan
masalah karena sudah dipertimbangkan dengan masak-masak.
Untuk membuat bisnisnya terkenal dan bertahan di masyarakat luas,
khususnya Indonesia, selain mengelola keuangan dengan baik, Dian selalu
berupaya untuk membuat desain pakaian yang unik dan khas, yang ketika
orang melihatnya langsung ingat nama Dian Pelangi. Disini Dian bermain
dengan kain dan seni tradisional Indonesia seperti jumputan, songket,
dan corak batik. Lalu bersama kawan-kawannya yang juga satu visi dan
misi, Dian mendirikan serta menggiatkan Hijabers Community di tahun
2011. Peran media sosial benar-benar dimanfaatkan oleh Dian Pelangi
untuk memasarkan produk dan bersosialisasi dengan masyarakat umum,
menampung saran serta kritik. Dian dan keluarga selalu menjaga
silaturrahim dengan pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI. Dari silaturrahim itulah kesempatan
Dian untuk unjuk gigi tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar
negeri terbuka lebar.
Berawal dari bisnis keluarga yang hanya mempunyai 5 karyawan, kini
bisnis Dian Pelangi sudah mempunyai karyawan lebih dari 350 orang dan 5
koleksi pilihan yaitu DP by Dian, DP Bride, DP kids, D-men, serta DP
Hajj. Tak hanya menulis di blog, Dian sudah menelurkan 2 buah buku yaitu
“Hijab Street Style” dan “Brain, Beauty, Belief”. Dian juga menjadi
Brand Ambassador selama beberapa tahun untuk produk kosmetika Wardah dan
yang terbaru adalah telepon selular OPPO seri N3.
0 komentar:
Posting Komentar