Minggu, 08 Maret 2015

DIAN PELANGI DESAINER YANG SUKSES DI USIA MUDA

Dian Pelangi, Sukses Usia Muda Buah Bakti kepada Orang Tua, Silaturrahim dan Selalu Ingin Tampil Beda

Siapa yang tidak mengenal Dian Pelangi? Desainer pakaian muslimah yang cantik, muda, kaya prestasi, dan berbakat. Dian terkenal terutama di kalangan pengguna hijab yang ingin bergaya beda dan bebas berekspresi. 
Dian Pelangi, gambar: fashionfightingfamine.com
Bernama asli Dian Wahyu Utami, wanita kelahiran Palembang tanggal 14 Januari 1991 ini memang lahir dari keluarga pengusaha kain jumputan. Pada awalnya ayahnya, Djamaludin Sochib, adalah lulusan tekniik sipil dan bekerja di bidang konstruksi. Ibunya, Hernani, merupakan pegawai bank.
Keduanya tidak berlatar belakang fashion tapi sedari kecil bersinggungan dengan lingkungan penghasil kain tradisional. Ayahnya yang berasal dari Pekalongan sudah terbiasa dengan orang-orang yang membuat batik. Ibunya yang berasal dari Palembang juga terbiasa dengan kerajinan songket dan suka menjajakan kain tersebut dari rumah ke rumah. Keduanya akhirnya memutuskan untuk sepenuhnya terjun di bisnis kain ketika krisis moneter tahun 1998 membuat bisnis konstruksi sang ayah gulung tikar. Saat itu mereka meminjam uang Rp 15 juta dari Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dengan jaminan sertifikat tanah seluas 1.500 meter persegi dengan jumlah karyawan sebanyak 10 orang.
Sebenarnya bisnis kain keluarga Dian Pelangi dimulai di tahun ketika Dian dilahirkan yaitu pada tahun 1991. Bisnis ini mengambil nama Dian karena kelak Dian yang masih bayi akan meneruskan bisnis tersebut. Sedangkan nama Pelangi terinspirasi dari teknik jumputan khas Palembang yang berwarna-warni seperti pelangi. Sejak saat itulah bisnis keluarga ini dinamakan Dian Pelangi. 
Bisnis ini dimulai benar-benar dari nol. Ayahnya mengurus bagian batik; mulai dari motif, teknik membatik, hingga proses di mesin tenun. Sementara ibunya yang mengurus bagian songket; mulai dari cara membuat songket, cara membuat kain, hingga membuat desain baju. Benar-benar produksi sendiri. 
Dian kecil sudah diarahkan minat dan bakatnya oleh sang ayah. Melihat Dian kecil yang suka menggambar, menjahit baju Barbie sendiri, mengeksplorasi gaya berpakaian serta rambut; membuat ayahnya memasukan Dian ke SMK setelah lulus dari bangku SMP. Selain mengarahkan minat dan bakat, sang ayah ingin agar Dian tumbuh menjadi wanita yang tidak sombong. Di SMK, Dian akan bertemu dengan manusia dengan beragam karakter, tidak hanya bertemu dengan kalangan menengah atas, tapi juga menengah ke bawah. Dian diharapkan akan menjadi sosok yang tidak minder, bisa menghadapi orang lain dari kalangan mana pun. Selepas dari bangku SMK, Dian masuk ke Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) dan lulus pada tahun 2008 dengan memperoleh nilai yang cukup tinggi. Inilah awal dari keterlibatan Dian dalam mengurus sepenuhnya bisnis fashion Dian Pelangi. 
Di awal kepengurusan terhadap bisnis keluarganya, Dian membuat terobosan baru. Dian ingin mengubah pola pikir masyarakat terhadap hijab lewat karyanya. Dian merasa prihatin karena di mata masyarakat hijab dinilai kuno. Dian ingin para pemakai hijab bebas berekspresi dengan hijabnya dan merasa bangga dengan jati dirinya sebagai muslimah. “Busana muslimah itu bisa tampil keren,” ujarnya di suatu kesempatan.
Tahun 2009 Dian bergabung dengan APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) dan menjadi anggota termuda. Sering dianggap anak bawang tidak membuatnya patah semangat, Dian malah menunjukan bahwa muda belum tentu tidak dapat berkarya sebaik yang sudah berpengalaman. Jakarta Fashion Week 2009 menjadi awal Dian dikenal masyarakat sebagai desainer muda berbakat. Sejak saat itu Dian banyak dilirik oleh kementrian untuk melakukan pameran di luar negeri, seperti oleh Kementrian Pariwisata ke Melbourne dan London di tahun 2009 dan 2010, serta Kementrian Perindustrian dan Perdagangan ke Abu Dhabi. 
Januari 2011 adalah bulan spesial bagi Dian, karena di bulan ini dia menikah dengan Tito Haris yang pada akhirnya menjadi Business Development Manager Dian Pelangi. Bagi banyak orang hal tersebut dinilai sebagai sebuah keputusan besar karena Dian menikah di saat usianya masih 20 tahun dan masih meniti karir. Tapi bagi Dian hal tersebut bukan masalah karena sudah dipertimbangkan dengan masak-masak.
Untuk membuat bisnisnya terkenal dan bertahan di masyarakat luas, khususnya Indonesia, selain mengelola keuangan dengan baik, Dian selalu berupaya untuk membuat desain pakaian yang unik dan khas, yang ketika orang melihatnya langsung ingat nama Dian Pelangi. Disini Dian bermain dengan kain dan seni tradisional Indonesia seperti jumputan, songket, dan corak batik. Lalu bersama kawan-kawannya yang juga satu visi dan misi, Dian mendirikan serta menggiatkan Hijabers Community di tahun 2011. Peran media sosial benar-benar dimanfaatkan oleh Dian Pelangi untuk memasarkan produk dan bersosialisasi dengan masyarakat umum, menampung saran serta kritik. Dian dan keluarga selalu menjaga silaturrahim dengan pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI. Dari silaturrahim itulah kesempatan Dian untuk unjuk gigi tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri terbuka lebar. 
Berawal dari bisnis keluarga yang hanya mempunyai 5 karyawan, kini bisnis Dian Pelangi sudah mempunyai karyawan lebih dari 350 orang dan 5 koleksi pilihan yaitu DP by Dian, DP Bride, DP kids, D-men, serta DP Hajj. Tak hanya menulis di blog, Dian sudah menelurkan 2 buah buku yaitu “Hijab Street Style” dan “Brain, Beauty, Belief”. Dian juga menjadi Brand Ambassador selama beberapa tahun untuk produk kosmetika Wardah dan yang terbaru adalah telepon selular OPPO seri N3.

0 komentar: