Minggu, 22 Februari 2015

PETER HIGGS PENCETUS " PARTIKEL TUHAN "

MENGENAL PETER HIGGS PENCETUS " PARTIKEL TUHAN"

 

Read More

0 komentar:

MENDUNG TAK BERARTI HUJAN, TAPI LAHIRNYA BINTANG BARU

MENDUNG, TAK BERARTI HUJAN, TAPI LAHIRNYA BINTANG

Tidak ada atmosfer di ruang angkasa. Artinya, tidak ada cuaca; tidak ada angin sepoi-sepoi, tidak ada hujan deras, dan pastinya tidak ada salju… tapi, ada awan di sana. Nebula adalah awan gas dan debu di ruang angkasa. ‘Nebula’ sendiri sebetulnya bahasa Latin dari kata ‘awan’. Ada bermacam-macam jenis awan: ada yang berasal dari sisa-sisa bintang mati, ada juga yang merupakan tempat lahirnya bintang, seperti yang terlihat di foto ini. Dua jenis awan tadi bahkan bisa dilihat di foto keren ini: nebula emisi dan nebula refleksi.
Daerah pembentukan bintang, NGC 6559, mempunyai dua jenis nebula sekaligus, yaitu nebula emisi (bagian yang berwarna merah) dan nebula refleksi (bagian yang berwarna biru). Kredit: ESO.
Daerah pembentukan bintang, NGC 6559, mempunyai dua jenis nebula sekaligus, yaitu nebula emisi (bagian yang berwarna merah) dan nebula refleksi (bagian yang berwarna biru). Kredit: ESO.
Objek warna-warni ini dinamai NGC 6559. Nebula tersebut utamanya tersusun dari hidrogen, bahan baku untuk membuat bintang. Ketika suatu area di dalam nebula semacam ini sudah cukup mengumpulkan materi, area ini akan runtuh ke dalam akibat gravitasinya sendiri. Lalu, ia pun menjadi panas dan semakin panas hingga akhirnya reaksi fusi pun terjadi. Artinya, atom-atom hidrogen berfusi (bergabung) membentuk atom helium. Proses ini melepaskan energi, yang membuat bintang bersinar. Maka, lahirlah sebuah bintang.
Bintang-bintang cemerlang seperti itu dilahirkan jauh di dalam awan-awan debu, yang menghalangi pandangan kita. Namun, di dalam selubung gas mereka bersinar dengan sangat terangnya dan meneruskan energinya itu ke gas hidrogen di nebula yang menyelimutinya. Maka awan gas pun tampak terang. Beginilah caranya awan terang berwarna merah dan berbentuk seperti benang yang terlihat di dekat tengah-tengah gambar bisa tampak seperti itu. Nebula seperti ini disebut nebula emisi.
Nah, NGC 6559 tidak melulu terdiri atas gas hidrogen. Nebula itu juga mengandung partikel padat berupa debu yang terbuat dari materi seperti karbon dan besi. Area yang berwarna kebiru-biruan di sebelah nebula emisi tadi memperlihatkan cahaya dari bintang-bintang yang baru lahir dihamburkan oleh partikel-partikel kecil itu. Dengan kata lain, cahaya itu dipantulkan. Nebula semacam ini disebut nebula refleksi.

Fakta Menarik
Saat cahaya bintang menumbuk partikel-partikel debu di nebula refleksi, cahaya itu dihamburkan ke segala arah. Cahaya biru lebih mudah dihamburkan daripada cahaya warna lainnya karena panjang gelombangnya lebih pendek. (Ayo cari tahu tentang gelombang cahaya di sini). Itulah sebabnya mengapa nebula refleksi seringkali terlihat biru.

Sumber: Space Scoop Universe Awareness

0 komentar:

Moncong Monster Ruang Angkasa

Moncong Monster Ruang Angkasa

Dalam foto ini terlihat kilauan menyeramkan, berbentuk seperti moncong makhluk raksasa yang sedang menganga di ruang angkasa. Objek yang dinamai CG4 atau Tangan Tuhan merupakan ‘bola kometis’.
Bola kometis CG4. Walaupun berbentuk mirip, objek ini tidak sama dengan bongkahan batuan dan es yang kita sebut sebagai komet. Bagian yang terlihat dalam foto ini adalah bagian kepala. Kredit: ESO.
Meskipun awan-awan ini berbeda dengan bongkahan batuan dan es yang kita sebut komet, bentuk keduanya mirip: mempunyai kepala yang besar, gelap, dan berdebu sedangkan bagian ekornya panjang dan redup. Namun, bola kometis tentunya jauuuuh lebih besar daripada komet.
Objek mirip komet ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976 dari foto-foto Nebula Gum (Gum adalah nama astronom Australia) dan tidak cuma satu. Terdapat beberapa objek berkepala besar, gelap, dan berdebu sedangkan bagian ekornya panjang dan redup.
Bagian yang kita lihat dalam foto ini adalah bagian kepala. Panjang bagian ekor –  tidak tampak di foto ini – kira-kira 5 kali panjang bagian kepalanya. Meskipun demikian, bagian kepala ini mengandung gas yang cukup untuk membuat beberapa bintang yang masing-masing sebesar Matahari!
Mengapa CG4 dan bola kometis ini berbentuk demikian masih misterius. Namun, sudah ada dua teori utama tentang hal itu. Teori pertama menyatakan bahwa bola kometis semula merupakan awan berbentuk bola yang berubah bentuk menjadi seperti komet akibat terkena ledakan supernova. Astronom lain meyakini bola kometis dibentuk oleh angin dan radiasi dari bintang panas dan masif.
Fakta Menarik: Meskipun terlihat terang benderang dalam foto, CG4 sebetulnya sangatlah redup, bahkan sama terangnya dengan Pluto.
Sumber: Dipublikasi kembali dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia

0 komentar:

PESONA PANTAI BALEKEMBANG, MALANG JAWA TIMUR

   Pantai Balekambang, Malang, Jawa Timur

Pantai Balekambang Malang ini terletak di Kabupaten Malang tepatnya di desa Srigoco Kecamatan Bantur yang jaraknya kurang lebih 50 km dari Kepanjen dan 65 km ke arah selatan dari kota Malang Jawa Timur. Sama seperti di pantai Papuma Jember pada postingan sebelumnya untuk akses menuju pantai Balekambang Malang anda hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi atau motor, atau jika terpaksa anda bisa menyewa kendaraan dari Kepanjen Malang. Mungkin kedepannya akan ada pembangunan dari dinas pariwisata setempat untuk mengembangkan daerah wisata ini.
Pantai Balekambang Malang Jawa Timur - Bromotravelguide

Pantai Balekambang memang menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Timur yang difavoritkan di Malang setelah Pulau Sempu dan Gunung Bromo di Probolinggo Jawa Timur. Banyaknya wisata pantai khususnya di daerah selatan pulau Jawa menjadikan keunikan tersendiri bagi objek wisata pantai Balekambang Malang ini, hal ini dikarenakan hampir mirip dengan Tanah Lot di Bali.

Pesona Pantai Balekambang Malang

Pantai Balekambang ini memiliki sejuta pesona yang tidak kalah dengan wisata-wisata pantai di Jawa Timur. Selain suasananya yang masih asri, juga pantai Balekambang ini begitu terawat dan kelihatan bersih. Dengan pantai yang dangkal anda bisa bermain-main dengan air bersama keluarga.
Pantai Balekambang Malang Jawa Timur - Bromotravelguide

Dengan pantai yang membentang sepanjang 2 kilometer dengan lebar 200 meter daerah ini dipenuhi dengan berbagai macam karang laut dan terkadang ketika air surut anda bisa melihat berbagai macam ikan hias dan bio laut yang berkerumun. Deburan ombak pantai yang tidak terlalu besar membuat hati anda akan semakin rilek dan menikmati alam dengan nyaman.

Dari lepas pantai anda bisa melihat 3 buah pulau berjajar ke arah barat yang begitu menawan yang masing-masing mempunyai nama yaitu pulau "Ismoyo", pulau "Anoman" dan pulau "Wisanggeni". Pulau Ismoyo dihubungkan dengan jembatan sepanjang 100 meter dari bibir pantai dan di atasnya terdapat sebuah pura yang diberi nama "Amerta Jati". Pura ini tidak seperti halnya pura di Bali, karena dipengaruhi oleh candi-candi jaman Majapahit yang banyak terdapat di Malang.
Pura Amerta Jati Pantai Balekambang Malang Jawa Timur - Bromotravelguide

Ada yang menarik di balik kisah pura "Amerta Jati". Pura Amerta Jati atau Pura Ismoyo dibangun tahun 1985 atas prakarsa Bupati Malang Edi Slamet. Didesain mengikuti Pura Tanah Lot yang terkenal di Bali, pura ini juga merupakan tempat suci bagi umat Hindu dan sering digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan keagamaan. Saat hari-hari besar umat Hindu, pura ini akan terasa sangat ramai. Warga setempat yang masih memegang tradisi biasa menggelar upacara "Suroan" dan upacara "Jalanidha Puja". Jika sempat, Anda bisa berkunjung ke pantai ini di saat bulan Suro. Biasanya pada bulan ini Pantai Balekambang ramai didatangi wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Upacara adat Pantai Balekambang Malang Jawa Timur - Bromotravelguide

Selain event di atas, pantai Balekambang Malang ini sangat menawan pada saat sunset tiba. Kecantikan dan pesonanya semakin spektakuler saat Matahari terbenam di balik cakrawala dan menyuguhkan siluet pura berlatar langit senja berwarna kuning keemasan
Sunset di Pantai Balekambang Malang Jawa Timur - Bromotravelguide
 
 
Sumber : http://bromotravelguide.blogspot.com/2014/05/pantai-balekambang-malang.html

0 komentar:

Minggu, 08 Februari 2015

APA ITU WORMHOLE??


 APA ITU WORMHOLE? APAKAH ADA?
 

Secara teori memang benar wormhole aka lubang cacing ini merupakan solusi matematis mengenai hubungan geometris antara satu titik dalam ruang-waktu dengan titik yang lain, dimana hubungan tersebut bisa berperilaku sebagai ‘jalan pintas’ dalam ruang-waktu. Tapi, sampai saat ini belum ada bukti yang bisa mendukung keberadaannya, baik dari pengamatan maupun secara eksperimen.

 
Wormhole berdasarkan gambaran Film Stargate SG1
Lantas, apa itu lubang cacing (wormhole)?
Saya menyukai ilustrasi yang digunakan Dr. Kip S. Thorne dari California Institute of Technology untuk menjelaskan apa itu wormhole. Ilustrasinya seperti ini: bayangkan kamu adalah seekor semut yang tinggal di permukaan sebuah apel. Apel tersebut digantung di langit-langit dengan menggunakan tali yang sangat tipis sehingga tidak bisa kamu panjat. Kamu tidak bisa pergi kemana-mana selain di permukaan apel. Permukaan apel itu menjadi alam semestamu. Nah, sekarang bayangkan apel itu berlubang dimakan ulat. Lubangnya menembus si buah apel. Dengan adanya lubang itu, kamu bisa berpindah ke sisi lain permukaan apel dengan dua cara, yaitu: lewat jalan biasa, yaitu permukaan apel (alam semesta), atau lewat jalan pintas, yaitu lubang yang sudah dibuat si ulat (wormhole).
Wormole memiliki dua ujung. Misalnya, satu ujung di kamarmu, ujung yang lain ada di negara asal teman facebook-mu di Perancis. Kalau kamu melongok ke wormhole itu, maka akan tampak temanmu dengan latar belakang menara Eiffel. Temanmu yang melihat dari ujung wormhole di Perancis lalu bisa melihatmu duduk mengerjakan PR di kamarmu. Asyik, ya, kalau selesai mengerjakan PR kamu bisa menemui kawanmu di Perancis dan naik ke menara Eiffel, hanya dengan masuk ke semacam lorong.
Alam semesta kita ini mengikuti hukum fisika. Yang namanya hukum pasti ada yang dibolehkan tapi ada yang tidak. Nah, apakah hukum fisika memungkinkan adanya wormhole? Ya! Sayangnya, masih menuruti hukum fisika tadi, wormhole mudah runtuh sehingga tak ada yang bakal selamat melewatinya. Supaya tidak runtuh, kita harus memasukkan materi yang berenergi negatif, yang mengeluarkan semacam gaya anti-gravitasi yang mampu menahan wormhole dari keruntuhan.
Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah ada materi berenergi negatif? Jawaban yang diberikan oleh para fisikawan yang telah mengupas hukum-hukum fisika secara mendetil dengan menggunakan ilmu matematika adalah ada! Namun keberadaannya hanya sesaat dan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Andaikan ada insinyur hebat yang ingin mempertahankan wormhole tidak runtuh. Masih belum mungkin juga ia mengumpulkan energi negatif di dalam wormhole sejumlah yang diperlukan supaya wormhole itu bisa dilalui. Seandainya pun hukum fisika memungkinkan adanya wormhole, kemungkinan besar wormhole tidak terjadi secara alami, tapi harus dibuat dan dijaga supaya tidak runtuh dengan suatu teknologi tertentu. Teknologi kita saat ini masih sangat jauh dari itu. Teknologi wormhole masih sulit, seperti halnya pesawat ruang angkasa bagi manusia purba. Tapi, sekalinya teknologi wormhole ini bisa dikuasai, ia akan menjadi sarana praktis untuk transportasi antarbintang. Ini menjadi tantangan bagi kita dan generasi berikutnya, termasuk kalian.

SUMBER:http://langitselatan.com/2012/08/02/apa-itu-wormhole-apakah-ada/

0 komentar:

CHEOMSEONGDAE, OBSERVATORIUM TERTUA DI DUNIA


Mengenal Cheomseongdae, Observatorium Tertua di Dunia

Jika anda penggemar drama Korea Great Queen Seondeok, barangkali anda pernah mendengar tentang Cheomseongdae. Dalam salah satu episode, diceritakan bahwa putri Deokman setelah dilantik menjadi putri mahkota kerajaan Silla memerintahkan pembangunan sebuah tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan perhitungan astronomi secara mandiri. Dengan demikian, tidak ada lagi pejabat dan orang terpelajar yang bisa memanfaatkan ilmu astronomi–dan astrologi yang pada masa itu tak ada perbedaan antara keduanya–untuk menipu warga. Tempat pengamatan astronomi itu dinamakan Cheomseongdae.

Cheomseongdae Silla di kota Gyeongju, Korea Selatan, dilihat dari arah timur laut. Kredit : ICOMOS-IAU
Walaupun kisahnya tidak sama seperti yang diceritakan dalam serial drama tersebut, namun Cheomseongdae peninggalan kerajaan Silla memang ada, dibangun pada masa pemerintahan ratu Seondeok dan bangunannya masih berdiri sampai sekarang, menjadi warisan kebudayaan bangsa Korea dan salah satu atraksi wisata menarik di Korea Selatan.
Cheomseongdae Silla terletak di Gyeongju. Dulunya kota ini merupakan ibukota kerajaan Silla dengan nama Seorabeol. Posisi persisnya tak jauh dari istana Ponweolseong, pada koordinat 35°49’53” LU dan 129°13’20” BT.
Sejarah Cheomseongdae
Catatan-catatan sejarah Korea menunjukkan ada 3 tempat yang bernama Cheomseongdae. Pertama adalah di Pyongyang, dahulu ibukota kerajaan Goguryeo dan sekarang ibukota Korea Utara. Bangunannya sudah tidak ada lagi. Yang kedua adalah di Gyeongju, ibukota kerajaan Silla, yang kita bahas di sini. Dan yeng terakhir, di Gaeseong, Korea Utara, yang merupakan peninggalan kerajaan Goryeo.

Menurut buku “Kenangan tentang Tiga Kerajaan” (Samguk yusa), Cheomseongdae Silla dibangun pada masa pemerintahan ratu Seondeok (633 – 647 M). Di catatan itu tidak ada tanggal tepatnya dan juga tidak dituliskan apa fungsi bangunan ini, tapi catatan-catatan sejarah yang hadir lebih belakangan dan sumber lain berupa karya sastra menyebutkan Cheomseongdae digunakan untuk mengamati rasi bintang dan pergerakan matahari. Catatan-catatan kuno dari Cina juga menyatakan hal serupa.
Peneliti modern pertama yang meninjau Cheomseongdae adalah Tadashi Sekino yang menyimpulkan bahwa Cheomseongdae adalah sebuah observatorium walaupun strukturnya cukup aneh sebagai observatorium. Lalu Yuji Wada, seorang ahli meteorologi dari Jepang. Ia mulai melakukan survey di lokasi Cheomseongdae pada 1909, menyimpulkan bahwa Cheomseongdae Silla adalah observatorium tertua di Asia Timur. Wada juga meyakini ada beberapa bagian bangunan yang sudah hilang, seperti tangga bagian dalam.
Konstruksi dan Fungsi
Cheomseongdae dibuat dari batu-batu yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang diduga memiliki arti khusus. Dilihat dari luar, bangunan ini terdiri atas 3 bagian: alas, menara dan puncak.

  • Bagian alasnya dibuat dari 12 balok batu yang disusun sehingga berbentuk persegi. Susunan ini dibuat 2 lapis, dengan lapisan kedua terkubur dalam tanah.
  • Bagian utama bangunan bentuknya seperti botol, menara silinder dengan lingkar alas lebih besar daripada lingkar di bagian puncak. Dibuat dari susunan batu-batu yang jika dihitung jumlahnya 365 buah. Bagian utama ini terdiri dari 27 lapis. Di bagian tengahnya dibuat sebuah jendela persegi yang menghadap ke utara. Jumlah lapisan di atas dan bawah jendela masing-masing berjumlah 12 lapis.
  • Bagian puncaknya dibuat berupa pagar yang jika dilihat dari atas akan tampak seperti huruf Cina #. Bagian ini terdiri dari 2 lapis.
Jumlah batu untuk menyusun bagian utama menunjukkan jumlah hari dalam setahun samsiah (matahari), 365. Jumlah lapisan barangkali terkait dengan ratu Seondeok, yang merupakan penguasa Silla ke-27. Jika lapisan alas yang tidak terkubur dimasukkan, jadi 28 dan ini menunjukkan jumlah rasi bintang menurut astronomi oriental. Dan jika ditambahkan dengan 2 lapisan atap, jumlahnya 30. Menunjukkan jumlah hari dalam sebulan kamariah. Lapisan dibawah dan diatas jendela masing-masing 12 buah, menunjukkan jumlah bulan dalam setahun. Jika dijumlahkan jadi 24, menunjukkan solar term yang lazim dipakai pada sistem kalender lunisolar Cina.
Di bagian dalamnya juga menarik. Dari bawah hingga ke lapisan ke-12 diisi dengan pasir. Mulai dari jendela hingga keatasnya kosong. Di lapisan ke-26 terdapat sebuah balok datar yang–dilihat dari atas–menutupi ruang bagian timur. Untuk masuk kedalam bangunan ini, orang harus menggunakan tangga dari luar dan masuk melalui atap. Balok di lapisan ke-26 itu barangkali digunakan untuk menaruh peralatan pengamatan dan alat tulis.
Kontroversi
Sebagian besar peneliti menyetujui Cheomseongdae sebagai sebuah observatorium. Hal itu didukung oleh catatan-catatan sejarah yang ada di Korea, Jepang dan Cina. Pengamatan astronomi dilakukan dengan mata telanjang, dilengkapi dengan alat-alat seperti gnomon. Tentunya perhitungan-perhitungan khusus dilakukan dengan bantuan kalender untuk mengetahui gerhana dan rasi bintang yang berguna untuk keperluan astrologi.

Namun beberapa peneliti lain meragukan fungsi Cheomseongdae sebagai observatorium karena bentuknya yang dianggap tidak representatif. Misalnya, Lee Yong-beom dari Universitas Dongguk yang berpendapat Cheomseongdae adalah simbol gunung Sumeru yang ada dalam keyakinan Buddha. Atau Kim Yong-un dari Universitas Hanyang berpendapat Cheomseongdae merupakan monumen yang melambangkan pencapaian tinggi atas sains di Silla.
Bagaimanapun, sejauh ini pendapat bahwa Cheomseongdae adalah sebuah observatorium lebih disetujui. Juga ada pendapat moderat: Cheomseongdae adalah sebuah observatorium dengan struktur bangunan dibuat mengikuti inspirasi Buddhis.
Observatorium Tertua
Buku rekor dunia, Guinness Book of World Records pada 1982 menyatakan bahwa Cheomseongdae di Gyeongju, Korea Selatan adalah bangunan observatorium astronomi tertua yang masih berdiri di dunia. International Council of Monuments and Sites (ICOMOS), bagian dari IAU, menyatakan Cheomseongdae Silla adalah observatorium tertua di Asia Timur.

Bukan berarti tidak ada observatorium sebelum Cheomseongdae dibangun. Sejarah menyatakan ada banyak kebudayaan yang jauh lebih tua daripada kebudayaan Silla, katakanlah Mesir, Babilonia, Yunani. Kebudayaan-kebudayaan kuno itu juga sudah mengenal astronomi, dan mungkin saja memiliki observatorium mereka sendiri.
Kerajaan Silla di abad VII masehi juga lebih mediocre dibandingkan negara-negara tetangganya di semenanjung Korea, Goguryeo dan Baekje. Dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Cheomseongdae juga ada di ibukota Goguryeo namun sisa-sisa bangunannya tidak lagi ada. Jadi, satu-satunya bangunan observatorium kuno yang paling tua dan masih eksis memang hanya Cheomseongdae Silla ini.
______
Referensi : Korea Journal, International Council of Monuments and Sites (2010)

0 komentar: