Biografi Beethoven – Maestro Musik Klasik Dunia
Biografi Beethoven – Maestro Musik Klasik Dunia
Ludwig van Beethoven |
Tahukah teman tentang musik klasik? Menurut wikipedia Indonesia, Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengarah pada musik yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik orkestra, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke-21. Beethoven adalah salah satu maestro di bidang ini. Berikut ini akan dibahas biografi Beethoven.
Beethoven lahir dengan nama lengkap Ludwig van Beethoven. Ia lahir di Jerman tepatnya di Bonn pada tanggal 17 Desember 1770. Ia adalah penggubah musik terkenal di dunia. Namun begitu kehidupannya penuh dengan cobaan dan hambatan. Terlepas dari penderitaannya, Beethoven tetap optimis dan bertekad untuk meninggikan sukacita kehidupan.
Masa Kecil
Beethoven memang disiapkan oleh ayahnya untuk menjadi penggubah musik klasik yang terkenal. Ini terbukti dari cara ayahnya mendidiknya terutama dalam bermain piano yang dirasa Beethoven waktu itu sangatlah keras padanya. Namun dari situlah akhirnya Beethoven sadar bahwa dia menjadi ahli di bidang musik adalah karena ayahnya.
Sejak kecil ayahnya sering menyuruhnya belajar main piano dengan sungguh-sungguh. Jika Beethoven salah dalam memainkan nuts nya maka kayu akan mendarat di tubuhnya. Begitulah setiap hari yang dilalui oleh Beethoven. Saking kerasnya sang ayah mengajarinya, sering jarinya sakit dan bengkak karena terlalu lama memainkan piano.
Beethoven Kecil |
Beethoven memang berasal dari keluarga pemusik. Kakeknya adalah penyanyi tenor tang dihormati sekaligus dirigen orkestra istanah. Dibawah pengaruh kakeknya, kecintaan Beethoven kecil terhadap musik mulai dipupuk. Sayangnya kakeknya meninggal ketika ia berusia tiga tahun. Sedangkan ayahnya adalah penyanyi tenor yang biasa-biasa saja serta bertemperamen keras dan ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga biasa. Mungkin dari sinilah ayahnya ingin mengembalikan wibawa keluarga yang sempat menjadi orang terhormat saat masih ada sang kakek dan ayahnya berharap orang itu adalah Beethoven.
Ketika Beethovenn capek dalam berlatih, sang ayah selalu mendaratkan tamparan dipipi sambil berseru “Jangan malas, Mozart sudah mendapatkan banyak uang dari main piano saat seusiamu.” Itulah yang selalu didoktrinkan pada Beethoven. Mau tidak mau Beethoven mengangkat jari-jarinya untuk memainkan tuts piano.
Perlu diketahui Mozart adalah ahli musik klasik yang sudah terkenal saat itu dan menjadi kiblat Beethoven dalam menggubah musik klasik.
Ketika ia berusia 11 tahun, Beethoven harus putus sekolah dan ia bekerja sebagai organis istanah untuk membantu keuangan keluarga. Masa kecil Beethoven sangat tidak bahagia. Ia tidak memiliki teman karena memang tidak diizinkan bermain, ia hanya diizinkan belajar musik dan musik. Jika sepi melanda, Beethoven bermain piano sembari menghibur diri “Tak apalah musik adalah temanku.” Begitulah hari-harinya.
Minat Beethoven pada musik tak pernah padam. Ketika ia berusia 22 tahun, ia berkelana ke Vienna Austria untuk lebih memperdalam musik. Vienna adalh kota musik yang terkenal di dunia. Banyak ahli musik yang dilahirkan dari kota ini. Selain itu Vienna terkenal dengan pertunjukan drama, operet, gedung konser dan segalanya yang berhubungan dengan musik dan pertunjukan.
Kehilangan Pendengarannya
Saat itu Beethoven pun juga mengadakan pertunjukan disana dan tak disangka banyak orang yang mengaguminya. Karir Beethoven semakin bersinar di Vienna, sampai suatu kejadian memukulnya dengan keras yaitu tiba-tiba Beethoven kehilangan pendengarannya. Ya, dia menjadi tuli secara tiba-tiba.
Mengalami hal ini ingin rasanya Beethoven mengakhiri hidupnya, bagaimana mungkin ia bisa memainkan lagu jika ia tak bisa mendengar. Sejak kecil ia sengsara, mengapa pula saat kesuksesan digenggaman, takdir kehidupan menghajarnya lagi, tak cukupkah masa kecilnya terampas. Begitulah Beethoven menyesali keadaannya.
Namun suatu pagi saat ia berjalan ditaman. Ia begitu menikmati keindahan taman, mentari pagi yang hangat menyapa, desiran angin yang ia rasakan begitu sejuk, semerbak bunga yang sangat menyentuh hidung...Ia begitu menikmati ini dan tercetuslah sesuatu.....
“Inilah musik alam! Boleh saja pendengaranku hilang, tetapi aku masih dapat “mendengar” vitalitas dan melodi alam! Tak ada yang dapat mengalahkan musik alam. Tetapi berapa banyakkah orang yang dapat mendengar suara-suara yang demikian sorgawi ini? Akan kuubah menjadi musik dan kuhapuskan kesengsaraan dalam kehidupan! Ya.. nasib akan kulawan engkau ...takkan pernah aku tunduk kepadamu.” Begitulah Beethoven.
Sejak saat itu ia mulai bangkit dari keterpurukannya. Beethoven menguasai dirinya, hari-hari berikutnya ia gubah banyak karya terkenal di dunia. Daya yang tak terkekang, kobaran suka cita dan emosi kehidupan yang terekspresikan dalam musiknya itulah yang memimpin gerakan romantis dalam musik klasik. Ia juga menjadi dikenal sebagai musik klasik. Karirnya semakin menanjak walau pendengarannya berangsur-angsur hilang.
Menang Atas Kekurangannya
Di usia senjanya, Beethoven yang sudah sama sekali tuli harus menghadapi lagi kemunduran yang meremukkan hatinya. Ketika ia berusia 53 tahun, Beethoven sedang memimpin orkestra dalam suatu latihan. Karena tak dapat mendengar nyanyian di panggung, orkestra yang dipimpinnya tak dapat mengimbangi nyanyian sang penyanyi. Akibatnya ia diberhentikan dari memimpin orkestra.
Ia sangat terpukul dan malu serat amarah. Ia langsung bergegas pulang. Di ruamh ia tumpahkan kemarahannya sambil berteriak-teriak. “ Apakah habis sudah bagiku? Apakah itu menandai akhir karir musikku? Tidak.... aku tidak boleh takluk pada nasib!”
Beethoven berlatih lebih keras lagi dari yang sebelumnya. Untuk mendengar musik, ia gunakan sebuah tongkat kayu.Satu ujungnya diletakkan di dalam piano dan ujung lainnya ia gigit. Ia gunakan getaran kayu tersebut untuk membantunya membaca nada-nada musiknya. Prosesnya sangat sulit. Hari-harinya ia gunakan untuk melatih kepekaannya terhadap kayu tersebut. Benar-benar tak bisa dibayangkan tingkat kesulitannya. Hanya orang keras kepala seperti Beethoven saja yang bisa melakukannya.
Dua tahun kemudian Beethoven mengadakan pagelaran karyanya, Symphony No 9. Itulah namanya. Pagelaran ini diadakan di teater Karintian Gate. Beethoven memimpin orkestra dengan sempurna, lebih sempurna dibandingkan sebelum ia tuli total. Wow... banyak penonton yang amazing dengan apa yang dilakukan Beethoven. Mereka semua mengira itu adalah akhir karir Bethoven, namun ternyata tidak, itu justru peningkatan tertinggi Beethoven.
Setelah konser selesai, sambutan gegap gempita memenuhi gedung konser itu. Semua terkesima akan apa yang terjadi pada Beethoven. Bukan saja kesempurnaannya dalam memimpin orkestra namun juga kekurangan yang ada pada dirinya berhasil ia kalahkan, itulah yang lebih membuat penonton kagum pada sosok Beethoven.
Sekali lagi Beethoven menang atas nasib dan kesengsaraannya.
Meninggal Dunia
Beethoven meninggal dunia pada 26 Maret 1827 di Wina Austria. Pemakamannya dihadiri oleh 10 ribu hingga 30 ribu orang, jumlah yang sangat besar dalam menghadiri pemakaman diwaktu itu. Karya Beethoven selalu dikenang sepanjang masa, bukanhanya karyanya yang memang luar biasa namun juga karena ia berhasil menang mengatasi keterbatasan fisiknya dan kesengsaraan hidupnya di waktu lampau.
Itulah biografi Beethoven. Pelajaran yang bisa kita petik dari kisahnya adalah apapun yang terjadi pada diri manusia entah itu kekurangan finansial, keluarga yang tidak kaya, atau juga kecacatan tidak menjadi masalah bagi kesuksesan seseorang selama terus berusaha dan yakin bisa. Kuncinya adalah yakin, berdoa, keras kepala dan fokus. Semoga kita bisa mencontoh hal-hal baik yang ada pada diri Beethoven untuk hidup kita yang lebih berkualitas.
0 komentar:
Posting Komentar