MEMBONGKAR 5 MITOS SEPUTAR COKELAT
Membongkar 5 Mitos Seputar Cokelat
Cokelat adalah salah satu jenis makanan paling populer di muka bumi, dan karenanya banyak diperbincangkan orang. Perbincangan itulah yang kelak melahirkan mitos seputar cokelat. Tetapi, manakah yang mitos, dan mana yang fakta?
Cokelat bikin gendut. Ini hanyalah mitos. Faktanya, ia tidak secara langsung memengaruhi berat badan. Cokelat berada di kategori yang sama dengan jenis makanan lain. Dalam setiap diet, moderasi adalah kunci. Jadi jika Anda makan cokelat atau apapun itu dalam jumlah berlebihan, tentu saja Anda akan menggemuk. Sebaliknya, jika Anda hanya mengkonsumsi sedikit dan secara rutin berolahraga, cokelat tidak akan membuat Anda membengkak.
Cokelat mengandung lemak jenuh yang buruk bagi tubuh. Faktanya, lemak jenuh yang ditemukan di dalam cokelat disebut stearic fat, dan ia bisa bermanfaat bagi tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa lemak jenis itu dapat membantu meningkatkan kadar HDL atau kolesterol baik di dalam darah. Dengan kata lain, ia membantu menurunkan tekanan darah dan menjaga jantung tetap sehat.
Cokelat bikin gigi berlubang. Ini juga mitos seputar cokelat. Kenyataannya, protein, fosfat, dan kalsium yang terkandung di dalam cokelat justru berkontribusi terhadap kesehatan enamel gigi. Cokelat juga cenderung lebih cepat meninggalkan mulut Anda ketimbang makan manis lain, seperti permen. Dengan demikian, kontak antara gigi dan gula terjadi lebih singkat.
Cokelat tidak ada gizinya. Cokelat, terutama cokelat hitam, kaya akan magnesium, zat besi, dan jugazinc. Itu belum termasuk kandungan-kandungan kecil lain, seperti fosfat, protein, dan kalsium.
Cokelat tinggi kafein. Mitos ini keliru. Pada kenyataannya, jumlah kafein pada cokelat sangat minim. Pada setiap batang cokelat seberat 1,4 ons, atau pada segelas susu cokelat seberat 8 ons, terdapat sekitar 6 mg kafein, jumlah yang sama dengan secangkir kopi rendah kafein. Untuk perbandingan, secangkir kopi reguler mengandung 65-135 mg kafein.
0 komentar:
Posting Komentar